Thursday, February 17, 2011

Hormon 'Jatuh Cinta' Feromon Cuma Mitos

Ketika manusia jatuh cinta seringkali hormon feromon yang menjadi tersangkanya. Hormon yang memicu daya tarik terhadap lawan jenis ini begitu dipercaya sebagai penyebabnya. Tapi ternyata jatuh cinta manusia akibat hormon yang satu ini cuma sekedar mitos.

Hormon ini dipastikan hanya berfungsi pada hewan terutama serangga yang sedang tertarik dengan lawan jenis. Yang mana senyawa pemikatnya bernama feromon yang menjadi pemicunya.

Hormon feromon merupakan senyawa khusus yang dihasilkan oleh serangga, untuk menghasilkan bau khas yang bisa memikat pasangan ketika tiba masanya untuk kawin. Keberadaan feromon pada serangga dan beberapa spesies tanaman telah dibuktikan secara ilmiah.

Sementara pada manusia, feromon baru dikenal sekitar tahun 1950-an. Pada masa itu banyak ilmuwan meyakini bahwa sebelum mengalami ketertarikan pada pandangan pertama, seseorang akan terlebih dahulu tergetar hatinya oleh aroma tubuh pasangannya.

Namun dugaan ini dibantah oleh Richard Doty, seorang peneliti dari Penn State University’s School of Medicine. Selama bertahun-tahun, ia mempelajari rahasia di balik feromon dan menyimpulkan bahwa manusia tidak terpengaruh oleh feromon.

Dalam bukunya yang berjudul "The Great Pheromone Myth", ia mengatakan indera penciuman manusia tidak sesederhana yang dimiliki serangga. Interpretasi bebauan terjadi di otak, sedangkan perilaku manusia dalam memilih pasangan lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi saat jatuh cinta.

Bahkan bukan hanya manusia, hampir seluruh spesies mamalia atau binatang menyusui tidak membutuhkan feromon untuk mendapatkan pasangan. Doty tidak percaya jika interpretasi bau-bauan saja bisa mempengaruhi perubahan perilaku pada mamalia.

"Konsep feromon pada manusia mungkin hanya menarik bagi industri parfum dan mereka yang mau melakukan segalanya agar awet muda," ungkap Doty seperti dikutip dari Dailymail, Senin (6/12/2010).

Namun Doty berusaha memahami jika banyak orang begitu meyakini konsep feromon. Ia menilai manusia memang punya kecenderungan untuk meyakini sesuatu yang tidak konkret untuk menjelaskan hal-hal yang berada di luar nalar, termasuk bagaimana prosesnya jatuh cinta.

http://health.detik.com/read/

No comments:

Post a Comment

Bagikan ke :